Alexandria Saraswati
Farrel dan Rania adalah
dua orang sahabat yang aku sayangi. Kami sudah bersahabat kurang lebih selama
dua tahun semenjak kami masuk SMA. Kami selalu makan bersama, berangkat sekolah
bareng dan saling terbuka satu sama lain. Kemarin, tepat pada 2
tahun ulang tahun pertemuan kami, mereka bilang bahwa mereka berdua telah
jadian. Awalnya hal itu sama sekali tidak menggangguku. Tapi hal itu terasa
mengganggu setiap kami berkumpul bersama. Aku tak tahu jelas apa penyebabnya
kenapa hal itu menggangguku. Aku hanya tidak merasa nyaman ketika bersama
mereka. Diantara kami bertiga, hanya ada 1 cowok yaitu Farrel. Cowok
itu berparas lumayan ganteng, tinggi, putih, dan selalu menjadi bintang kelas.
Tak heran jika dia selalu menjadi
incaran gadis-gadis disekolah.
Farrel dan aku juga
tergabung dalam satu band yang kami beri nama FF (Friends Forever). Dimana aku
sebagai vokalis, Karin sebagai Bassis, Wim sebagai Keyboardis, Rama sebagai
Drumer, dan dia sebagai Gitaris. Dia adalah orang pertama yang menerima semua
tingkah gilaku di panggung. Dia juga yang mengajariku untuk bermain gitar. Dan
setelah kami tampil dia selalu meletakkan tangannya di kepalaku dan
mengatakan Good job.
Aku melanjutkan langkah
kakiku menuju sebuah Gazebo kecil dekat
lapangan basket. Disana, aku melihat sosok nyata, hidup dan bernapas dari
seorang sahabatku sedang memainkan gitarnya. Aku ingin mendekatinya tapi aku
ragu. Aku takut mengganggunya.
"Hei, Rel. Sendirian
aja? Rania mana?" Tanyaku sambil duduk disebelahnya.
"Hehe.. Iya, Rania
barusan pergi, katanya mau ngumpulin tugas Bahasa Inggris. Kamu juga ngapain
kesini sendirian?" Tanyanya balik.
"Ya, mau gimana lagi
gue kan masih single, free, dan happy. Wajar dong kalo kemana-mana gue
sendirian. Kecuali kalo loe nembak gue sekarang. Haha." Jawabku ngaco.
Tiba-tiba aja wajah Farrel
memerah. Kayaknya dia mengerti apa yang aku maksudkan.
"Oya, gimana
persiapannya buat acara Classmeet besok? Jadi nyanyi lagu itu kan"
"Yoi pake i. Kita
coba latihan yuk?"
Ditengah gazebo itu aku menyanyikan
lagu Vierra - Seandainya. Seandainya dia tahu perasaanku, pasti hidupku bakalan
jadi lebih berwarna. Semua mata di tempat itu memandang kami dan beberapa lain
yang mendengar, ikut bernyanyi bersama kami.
Suasana berubah ketika
hari ini berubah menjadi esok dan nama Band kami dipanggil ke atas panggung.
Sebelum aku naik ke panggung, aku melihat Farrel dan Rania berpegangan tangan
dan cewek itu mencium keningnya. Setelah itu, dia menyusulku naik ke atas
panggung. Tepat diatas panggung hatiku serasa kecewa. Andai saja dia tahu apa
yang kurasakan.
"Dan marilah kita
sambut band dari XII - IPA 1, Friends Forever dengan lagu Seandainya dari Vierra."
Aku benar-benar dalam
posisi sedih. Namun ricuh penonton membuat kesedihanku tak terlihat dalam
keramaian itu. Dan aku mulai bernyanyi. Seandainya kau tau ku tak ingin kau pergi. Meninggalkan
ku sendiri bersama bayanganku. Setelah turun panggung,
aku tak kuasa menahan airmata yang mengalir di pipiku. Farrel merasakan sesuatu
yang lain dari diriku. Dia mengejarku sambil memanggil namaku.
"Alex, tunggu." Katanya
sambil meraih tanganku dan mencoba menahanku dibelakang panggung.
"Kamu kenapa? Kamu punya
masalah?" Tanya lagi. Sorot matanya saat ini menatap mataku yang kosong.
Aku hanya menganggukkan kepalaku. Poniku
membuat wajahku tertutup. Aku sama sekali tak berani memandang kearahnya.
"Rania tahu soal ini?"
Kali ini aku menggelengkan kepalaku.
"Kenapa kamu nggak cerita ke
kita? Emang apa yang bikin kamu nangis sampek kayak gini?"
"Rel, aku baru sadar
kalo selama 2 tahun ini aku suka ma kamu. Tapi kamu malah pergi dengan Rania.
Kamu juga sempat mesra-mesraan di depan mataku. Ditambah lagu tadi.
Aku..."
Aku terdiam ketika ia
mendekapku. Pelukannya terasa begitu hangat bagiku. Tubuhku terlalu nyaman
untuk berada di pelukannya hingga aku tak dapat melepaskannya. Sebentar ia
melepaskan pelukannya. Bibirnya yang manis mulai mengatakan sesuatu. Tangannya
juga mulai menggenggam jemariku.
"Aku sangat senang
kau memiliki rasa itu padaku. Aku sungguh bahagia. Tapi aku minta maaf. Saat
ini, aku menyukai Rania."
"Нaha. Tapi kalau kau
bilang "saat ini", berarti sewaktu-waktu perasaanmu bisa sebaliknya,
bukan?"
"Eh, bukan itu
maksudku."
"Lagi pula kau masih
belum bertunangan dengan Rania bukan? Menyelinap diantara kalian berdua
bukanlah hal yang sulit bagiku lho. Jadi lo tenang saja. Ini akan menjadi
persaingan sehat antara kami berdua. Pilih aja mana yang kamu cocok sama
kamu."
"Tunggu, aku tidak
bisa mengikuti arah pembicaraanmu. Apa maksudmu dengan .."
Aku menutup mulutnya
dengan telunjukku. Lalu aku meninggalkannya. Puas rasanya telah mengatakannya.
Aku harap suatu saat ia dapat menjadi milikku walau hanya sesaat.
1 Komentar untuk "cerpen"
nice